Negeri Orang Pandai

Negeri ini sesungguhnya penuh berisi orang-orang pandai, bahkan jenius, sama sekali tak kalah dengan negara-negara lain. Lihatlah para presiden kita, mereka semua adalah jenius di bidangnya masing-masing. Bung Karno sangat terkenal kejeniusannya di dunia internasional. Beliau adalah orang yang penuh dengan ide cemerlang dan briliant. Pak Harto adalah jenius dalam pengelolaan negara. Pak Habibie adalah pakar internasional di bidang ilmu kedirgantaraan. Gus Dur adalah pakar internasional di bidang humanisme. SBY bergelar PhD dari IPB dan doctor honoris causa dari luar negeri. Dan sebagai orang-orang pandai, pasti mereka pandai memilih anak buah yang pandai-pandai. Termasuk juga PNS, seleksi PNS luar biasa ketatnya, dapat diasumsikan bahwa pegawai negeri penuh berisi orang yang pandai-pandai. Pemerintahan Indonesia dikelola oleh orang-orang yang pandai. Demikian juga dengan lembaga-lembaga legislatif dan yudikatif lainnya, pasti penuh dengan orang-orang yang pandai. Sungguh melegakan bukan? Andaikatapun ada yang tak pandai, paling hanya segelintir orang saja.

Tak hanya di dalam pemerintahan, di masyarakat umumpun sangat banyak manusia pandainya. Terakhir bahkan anak SMK-pun sudah bisa merakit mobil sendiri. Belum lagi yang di luar negeri, yang tidak mau pulang kembali. Bukan hal yang mudah untuk bisa eksis di negeri orang$2C jelas mereka adalah orang-orang yang spesial, bahkan banyak yang menduduki jabatan penting. Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka tidak mau pulang bukan karena tidak cinta negeri sendiri, tetapi karena memang mereka lebih berguna di luar sana, daripada di negeri sendiri.

Bukan hanya saat ini, sejarah juga menunjukkan bahwa bangsa ini sejak jaman dulu sudah memiliki pengaruh kuat di kawasan Asia Tenggara, dan memiliki kebudayaan yang tinggi. Ada banyak contoh warisan budaya tinggi kita, seperti batik, candi Borobudur, dan masih banyak lainnya. Dan yang paling legendaris adalah semboyan "Bhineka Tunggal Ika". Di jaman yang penuh dengan peperangan untuk menegakkan dominasi suatu bangsa terhadap bangsa lain, dimana tak jarang terjadi pemusnahan suatu etnis untuk menunjukkan keunggulan etnis tertentu, maka semboyan tersebut adalah sangat distinctive. Itu menunjukkan suatu tingkat pemikiran yang maju dan budaya yang luhur di masa itu.

Nah kalau memang begitu banyak orang pandai di negeri ini, lalu kenapa negeri ini bisa terpuruk seperti ini? Banyak pakar yang mengatakan itu akibat dari salah urus. Nah kalau memang karena salah urus, kok bisa? Bukankah yang mengurus negara adalah orang-orang pandai? Bukankah salah urus adalah perbuatan dari orang bodoh? Atau apakah orang-orang pandai itu telah berubah menjadi orang bodoh? Kalau memang iya, apa sebabnya? Penjelasan klasik didapat dari 3-TA.

Orang yang pandai bisa berubah menjadi bodoh karena 3-TA: HarTA, TahTA, dan WaniTA (maaf, bukannya bermaksud melecehkan wanita). Betapa banyak orang yang melakukan perbuatan bodoh karena mengejar harta. Betapa banyak orang yang melakukan perbuatan bodoh karena berebut tahta/kedudukan/kekuasaan. Betapa banyak orang yang melakukan perbuatan bodoh karena wanita. Dan betapa banyak orang yang melakukan perbuatan bodoh karena ketiga-tiganya. Dan perbuatan bodoh biasanya akan membuat seseorang menjadi bodoh beneran, biarpun sebelumnya dia adalah orang yang pandai. Contoh sederhana biar jelas: Tidak belajar adalah perbuatan bodoh, dan akan membuat seseorang menjadi bodoh. Sejarah menunjukkan bahwa karena 3-TA inilah, bangsa yang begini besar bisa dibodohi oleh sekelompok pedagang VOC dari Belanda, negeri yang bahkan lebih kecil dari Jawa Timur, selama 350 tahun. Entah apa yang sebenarnya telah dipelajari bangsa ini dari sejarahnya sendiri?

Contoh perbuatan bodoh yang sedang trend adalah pembodohan masyarakat. Masyarakat tidaklah bodoh. Di jaman mudah informasi seperti ini, susah mencari orang normal yang bodoh, yang dapat terus menerus dibodohi. Membodohi orang yang tidak bodoh adalah tindakan yang bodoh. Itu sama dengan membodohi diri sendiri, menganggap bodoh orang yang tidak bodoh. Nah orang yang biasa membodohi diri sendiri, pasti lama kelamaan akan menjadi bodoh beneran, karena pikirannya yang tidak realistis. Nah jika orang-orang bodoh ini banyak berada di kalangan pengelola negara, tak heran jika akhirnya negara salah urus. Maka tidak ada jalan lain, orang-orang itu harus diganti dengan orang-orang yang pandai, yang tidak mudah menjadi bodoh. Tindakan mempertahankan orang-orang yang bodoh tersebut bukanlah tindakan yang pandai. Sulit mengharapkan mereka menjadi pandai kembali, karena sudah terlanjur rusak. Negara yang menjadi taruhannya.

Mengingat begitu banyaknya orang pandai di negeri ini, maka jelas masalah bangsa ini adalah masalah moral, bukan intelektual. Semua jalan keluar intelektual yang ditawarkan, sebagus apapun, akan menjadi percuma saja, selama moral belum diberesi. Moral buruk membuat orang sepandai apapun menjadi bodoh. Sebaliknya, moral yang baik bisa membuat orang yang bodoh menjadi pandai, bahkan jenius.
...